Beranda Uncategorized Bertahun-tahun Warga Kasemen Alami Krisis Air Bersih

Bertahun-tahun Warga Kasemen Alami Krisis Air Bersih

SERANG – Masyarakat di Kecamatan Kasemen, Kota Serang mengalami krisis air bersih. Kondisi itu sudah bertahun-tahun terjadi karena air tanah di Kasemen terasa payau akibat dekatnya dengan garis pantai.

Alih-alih mengkonsumsi air sumur, masyarakat setempat mengandalkan air sungai yang keruh kecoklatan. Selebihnya, warga membeli air kemasan isi ulang untuk kebutuhan sehari-hari.

Ali Ahmad salah satu warga Kelurahan Terumbu mengatakan, untuk memenuhi kebutuhan air di rumahnya ia rela berjalan kaki setiap pagi dan sore mengangkut air payau dari musala. Air itu ia gunakan untuk mencuci baju dan piring.

Sedangkan untuk masak dan minum, Ali Ahmad harus membeli air kemasan isi ulang sebesar Rp.4000 pergalon. Saat tidak memiliki uang, Ali dan keluarga terpaksa mengonsumsi air payau dari surau.

“Pernah sehabis pulang kerja minum air payau yang belum dimasak. Perut saya sakit semalaman,” ucap Ali Ahmad, Selasa (11/7).

Ali merupakan buruh pengangkut batu bata dengan upah Rp25 ribu perhari. Dengan penghasilan sebesar itu, setengahnya ia habiskan untuk membeli air kemasan isi ulang.

“Sehari dua kali beli air untuk minum dan masak. Kalau tidak punya uang minta air ke tetangga, tapi kalau keseringan minta kita malu,” kata Ali.

Kondisi serupa juga dirasakan oleh warga Kampung Kilasah Satu, Kecamatan Kasemen. Warga masih menggunakan air sungai yang keruh untuk mandi dan mencuci pakaian.

Masyarakat setempat terpaksa harus menggunakan air sungai karena minimnya fasilitas dan ketersediaan air bersih. Salah satu warga Kampung Kilasah Satu, Undang mengatakan, air sumur yang ada di rumahnya payau. Sehingga, untuk memenuhi kebutuhan mandi dan mencuci harus pergi ke sungai keruh dan penuh sampah.

Undang menuturkan, di daerahnya sudah ada fasilitas air perusahaan daerah air minum (PDAM). Namun, ia dan beberapa warga setempat tidak menggunakan air PDAM tersebut, karena tidak mampu untuk membayar iuran bulanan.

“Ada PDAM. Tapi jarang pakai karena bayar, profesi kita ngojeg mana mampu bayar,” ucapnya.

Di lingkungan Karang Mulya, Kelurahan Banten, Kecamatan Kasemen, warga terpaksa harus berebut bantuan air yang disalurkan pihak PDAM Tirta Albantani. Saluran air PDAM di wilayah mereka sudah dua bulan tidak mengalir sama sekali.

Ketua RW 05, Lingkungan Karang Mulya, Abdullah mengatakan, kondisi ini membuat kehidupan sehari-hari mereka terganggu karena kebutuhan akan air menjadi sulit dipenuhi.

Warga mengeluhkan bahwa ini bukan pertama kalinya air PDAM tidak mengalir dengan lancar. Masalah ini muncul hampir setiap bulan, namun kadang-kadang berlangsung lebih lama dari biasanya.

“Yang repot itu buat mandi dan nyuci. Kan, harus pake air banyak. Kita numpang ke warga yang banyak air, atau lari ke masjid yang ada airnya,” kata Abdullah.

Warga Karang Mulya, kata Abdullah, memahami bahwa masalah seperti ini memang bisa terjadi di setiap tempat. Namun, mereka berharap agar PDAM dan pemerintah Kota Serang lebih responsif dalam menanggapi keluhan dan kesulitan warga.

“Pernah seminggu tidak ada air samasekali, kita sampai begadang nyedot air. Temen saya sampai sekarang belum nyala airnya,” ucap Abdullah.

Masyarakat setempat terpaksa membeli air kemasan untuk kebutuhan minum sehari-hari. Namun, hal ini menjadi beban tambahan bagi warga yang berpenghasilan rendah.

“Setiap tahun ada saja keluhan, entah itu airnya kosong atau kemarau. Kalau hujan kita nampung air pakai drum, itu buat nyuci baju dan piring, kalau terpaksa kita pakai mandi,” ucapnya.

Abdullah menjelaskan, kehidupan warga menjadi sulit karena mereka harus menggunakan air yang terbatas. Untuk mencuci pakaian, warga harus bergantung pada air hujan yang tidak selalu turun. Untuk memasak, warga juga harus menggunakan air dengan hemat.

Kondisi seperti ini, kata Abdullah, akan semakin parah ketika memasuki musim kemarau. “Bantuan dari Pemkot belum ada. Ke kelurahan sempat nanya terkait air, dia cuma minta data wilayah mana saja yang tidak ada air, sampai sekarang belum ada penanganan,” katanya.

(Dani Jurnalis Warga).

Temukan Berita BantenNews.co.id di Google News

Dukung BantenNews.co.id untuk terus menyajikan jurnalistik yang independen. Klik disini