Beranda Pendidikan Banten Masuk Zona Oranye, Belajar Tatap Muka Dipertimbangkan 

Banten Masuk Zona Oranye, Belajar Tatap Muka Dipertimbangkan 

Gubernur Banten Wahidin Halim

SERANG – Pembelajaran Tatap Muka (PTM) untuk SMA/SMK/SKh di Banten kembali dipertimbangkan. Hal itu lantaran delapan kabupaten/kota di Banten kembali masuk zona oranye atau zona risiko sedang penyebaran Covid-19.

Gubernur Banten, Wahidin Halim (WH) mengatakan, pihaknya akan melakukan evaluasi terhadap PTM SMA/SMK/SKh yang rencananya akan dimulai pada tahun ajaran 2021-2022 pada Juli nanti.

“Tatap muka akan kita evaluasi dulu, kalau bulan Julinya aman, baru PTM. Zona oranye menjadi pertimbangan kami. Masih kita bahas efek dan dampaknya karena kami tidak ingin PTM ini nantinya menimbulkan masalah baru,” kata WH.

Meski begitu, WH mengaku, secara infastruktur penunjang PTM di Banten sudah siap. “Infrastruktur sudah siap, tinggal bagaimana pengaturannya, menata kembali,” ujarnya.

Sementara, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dindikbud) Provinsi Banten, Tabrani mengatakan, secara umum infrastruktur penunjang PTM di sekolah yang menjadi kewenangan Pemprov Banten yakni tingkat SMA/SMK/SKh sudah siap.

“Kalau bicara persiapan sudah kita dorong. Tapi kalau nanti Juli kabupaten/kota (masuk) zona merah kan harus koordinasi dengan Satgas Covid. Walaupun kita maunya (PTM) begitu. Tapi sekali lagi, daerah akan evaluasi, kalau sudah Ok kita lakukan,” kata Tabrani.

Diberitakan, Provinsi Banten kembali masuk zona oranye atau zona resiko sedang penyebaran Covid-19. Hingga, Senin (14/6/2021), jumlah kenaikan kasus kumulatif corona mencapai 225 kasus.

Dimana, peningkatan kasus didominasi oleh klaster keluarga. Meningkatnya kasus Covid-19 lebih banyak disebabkan menurunnya disipilin masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Banten, Ati Pramudji Hastuti membenarkan adanya kenaikan kasus Covid-19. Hal itu disebabkan makin berkurangnya disiplin protokol kesehatan.

“Ya semua daerah masuk zona orange. Kenaikan kasus masih didominasi oleh klaster keluarga. Penerapan protokol kesehatan di masyarakat sudah kendor,” kata Ati.

(Mir/Red)

Temukan Berita BantenNews.co.id di Google News

Dukung BantenNews.co.id untuk terus menyajikan jurnalistik yang independen. Klik disini