Bersikap sabar memang tidak mudah dilakukan, apalagi saat anak tidak patuh dan melakukan hal-hal yang berlebihan. Tidak jarang, hal itu membuat sebagian orangtua marah, mengeluarkan ucapan-ucapan kasar atau ancaman, hingga menghukum anak.
Namun ternyata, hal itu sudah tidak relevan lagi untuk membuat anak menjadi penurut. Alih-alih mengajarkan disiplin, beberapa jenis hukuman malah bisa menimbulkan trauma, luka batin, hingga depresi.
Menurut pakar tumbuh kembang anak, Prof Dr Soedjatmiko, SpA (K), MSi, memarahi, mengancam, hingga menghukum anak merupakan tindakan yang dilarang keras, karena bisa berdampak panjang pada mental anak.
“Enggak ada gunanya memarahi anak. Tidak dianjurkan memarahi anak. Anak itu harus diberi kasih sayang. Kalau dia salah, ya dikoreksi, bukan disalahkan. Orangtua harus banyak memberikan stimulasi, dengan memberikan contoh-contoh yang baik,” ujarnya seperti dikutip dari VIVA.co.id.
“Saat anak dimarahi, mereka akan merasa bahwa ia tidak dicintai, tidak diperhatikan lagi dan takut,” kata dia menambahkan.
Selain itu, banyak pula dampak merugikan yang akan timbul pada diri anak itu sendiri, “Dia enggak akan percaya diri, enggak akan berani, tidak kreatif. Hingga yang terparah depresi,” tuturnya.
Menurut Soedjatmiko, sikap ‘tidak menurut’ pada anak sebenarnya merupakan kesalahan orangtua, karena tidak pernah mengajarkan dan memberikan contoh yang baik.
“Jangan salahkan anak, yang penting orangtuanya berubah dulu. Selama orangtua belum berubah, pasti anaknya juga enggak berubah. Malah, anaknya akan semakin depresi,” jelasnya. (Red)