
KAB. TANGERANG – Awangku Muhammad Amin, pelaku aksi vandalis yang mencorat-coret Kantor KUA Kecamatan Kemiri, Kabupaten Tangerang, mengaku sebagai pimpinan Persatuan Islam (Islam) itu Hukum di Indonesia, Malaysia dan Brunei Darussalam.
Demikian dikatakan Awang kepada BantenNews.co.id saat wawancara di kediamannya di RT 03 RW 01 Desa Lontar Kecamatan Kemiri, Selasa (23/3/2021).
Pria berusia 58 tahun ini nampaknya bisa berinterkasi dengan cukup baik, meski sering kali agak diluar nalar ucapan yang ia lontarkan.
Awang mengaku dirinya tak terima jika aksi vandalisme itu disebut coretan, melainkan tulisan itu sebagai peringatan bahwa ada hubungannya di Kantor KUA setempat.
“Jadi saya hanya mengfungsikan saja, yang saya cari dari kalangan kantor itu. Jadi supaya tidak cape nyari, saya tulis saja. Kan kalo dikasih tau susah sekarang orang gak pada mikir.”
“Itu kan tulisan buat petunjuk semua. Tidak ngarang tidak, tapi polisi kan orang mati akal disangka teror,” ujar Awang.
Awang menyatakan dirinya sedang berjuang untuk rakyat Indonesia dengan membuat tandingan dirinya sebagai presiden. Namun, ia mengurungkan, lalu diganti dengan pola sebagai calon presiden.
“Konsepnya tentang sistem negara Islam Republik Indonesia. Saya ada kemauan jadi Presiden, sebab dulu punya cita-cita. Sudah saya siapkan berkas-berkas persyaratannya juga,” pungkasnya.
Lantas kemudian, Awang bersunda gurau jika Presiden Jokowi dan Wakil Presiden KH. Ma’ruf Amin tidak sah menjalankan pemerintahan karena tidak mendapat legalitas dari Mahkamah Konstitusi (MK).
“Pokoknya sebetulnya saya ini sedang bela rakyat Indonesia. Karena sudah salah langkah jauh sistem kafir dari kelompok haram yang tidak dikehendaki Maha Kuasa,” ujarnya
Dengan organisasi yang ia pimpin, Awang mengklaim jika dirinya juga berkedudukan sebagai Panglima di Kerajaan Malaysia. “Ada sertifikatnya. Saya bicara fakta,” klaimnya seraya memperlihatkan kartu tanda bukti.
Dalam kesempatan itu pun, Awang mengungkapkan identitas KTP miliknya sudah dimodifikasi. Terlihat, banyak tambalan tulisan “umat islam” dan blangko KTP diganti dengan lafaz khalifah.
“Saya juga hilangin agama di KTP saya. Saya ilangin pake paku,” kata Awang yang memakai jaket jeans kaos dalam warna ping dan topi bergambar bintang dan bulan ini.
Sementara itu, Martila sang adik mengatakan bahwa sang kakak sewaktu muda pernah bekerja sebagai pelayar. Awang, kata dia, menyusuri negara tetangga seperti Malaysia, Thailand, Singapura dan lain-lain.
Lanjut Martila, jika kakaknya itu sebenarnya sudah berkeluarga dan dikarunia dua anak perempuan dan tinggal di Bangka Belitung.
“Tapi sudah pisah lama sekali sama istrinya. Sampe sekarang aja anak-anaknya udah pada gede dan punya cucu,” ujarnya.
Namun demikian, sang Adik ini mengakui jika Awang itu sedang sakit gangguan jiwa sejak 30 tahun lalu. Sampai rumah tinggalnya yang bersebelahan diwarnai ban dan macam aneka tulisan aneh-aneh.
“Kakak saya sudah lama sakit (gangguan jiwa-red), rumahnya yang gubuk disebalah rumah saya dibuat tulisan aneh-aneh.
Menyinggung alasan menyoret Kantor KUA Kecamatan Kemiri, Martila tidak mengetahui maksud kakaknya. Hanya saja, ia mengakui jika kakaknya suka menulis.
“Kemarin polisi juga datang ke rumah empat orang. Nanya-nanya soal coret apa nulis di Kantor KUA Kecamatan Kemiri. Sekolahnya kelas berapa dijawab kelas 6 SD, polisi heran kalo tulisannya bagus belajar dari siapa ya, saya jawab ga tau gitu,” papar Martila.
(Red/Red)