
CILEGON – Banjir yang terus muncul setiap kali hujan deras mengguyur Kota Cilegon kembali memunculkan pertanyaan besar mengenai efektivitas anggaran penanganan banjir yang setiap tahun digelontorkan pemerintah. Meski berbagai proyek infrastruktur telah dilaksanakan, musibah banjir seolah tetap menjadi “penyakit tahunan” di kota industri tersebut.
Berdasarkan data Sistem Informasi Rencana Umum Pengadaan (Sirup) LKPP, Pemkot Cilegon melalui Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) kembali menganggarkan pembangunan dua tandon pada tahun anggaran 2025. Total nilai proyek lanjutan tersebut mencapai Rp5,97 miliar dari APBD Kota Cilegon.
Proyek pertama berlokasi di Kelurahan Sukmajaya, Kecamatan Jombang, dengan luas pekerjaan 5.510 m² dan pagu anggaran Rp3,49 miliar. Pembangunan ini disebut sebagai lanjutan konstruksi tandon air yang ditujukan meningkatkan kapasitas penyediaan air bersih sekaligus menahan limpasan air hujan.
Proyek kedua dilanjutkan di Kelurahan Bulakan dengan volume 5.554,64 m² dan nilai anggaran Rp2,48 miliar.
Kedua proyek ini kembali menegaskan komitmen Pemkot Cilegon dalam memperkuat infrastruktur air. Meski demikian, publik mempertanyakan sejauh apa pembangunan tandon yang menghabiskan anggaran besar ini benar-benar mampu mengurangi banjir yang terus menghantui warga setiap musim hujan.
Kepala DPUPR Kota Cilegon, TB Dendi Rudiatna, menegaskan bahwa berbagai upaya penanganan banjir terus dilakukan, termasuk pembangunan dua tandon yang disebut menjadi salah satu proyek prioritas tahun ini.
“Lahan tandon ini luasnya hampir satu hektare lebih, dengan kedalaman sekitar 6 sampai 7 meter. Cukup untuk menampung aliran air sementara agar tidak banjir di area Metro Cilegon dan sekitarnya,” jelas Dendi.
Selain tandon, DPUPR juga mengaku telah melakukan normalisasi di berbagai titik rawan. Menurut Dendi, langkah tersebut terbukti menurunkan risiko banjir di beberapa lokasi.
“PU fokus pada pencegahan, karena itu cara yang lebih murah dan bisa mengurangi korban banjir,” ujarnya.
Meski pemerintah mengklaim sudah menjalankan berbagai program, peristiwa banjir di Ciwandan beberapa waktu lalu menunjukkan bahwa persoalan drainase masih jauh dari selesai.
Dendi menyebut banjir tersebut dipicu saluran di kawasan Cikading yang tersumbat gorong-gorong sempit di lintasan kereta.
Ia memastikan pihaknya akan segera berkoordinasi dengan PT KAI. “Untuk solusinya kami segera kumpulkan rapat bersama,” katanya.
Di tengah proyek yang terus diperpanjang dan anggaran yang terus mengalir, masyarakat berharap hasil pembangunan dapat benar-benar dirasakan.
Banyak warga menilai penanganan banjir tidak cukup hanya dengan membangun tandon, sementara masalah penyempitan drainase, sedimentasi saluran, dan tata ruang belum dibenahi secara menyeluruh.
Penulis: Usman Temposo
Editor: Wahyudin