SERANG – Meski situasi sulit akibat pandemi Covid-19 tengah melanda, namun kepedulian menjaga ekosistem alam di wilayah pesisir tak boleh padam. Apalagi, dengan semakin terkikisnya dataran di pesisir wilayah Lontar, Tirtayasa, Kabupaten Serang akibat abrasi membuat masyarakat kehilangan banyak aset seperti tambak ikan dan tanah.
Nur Andini Putri, Ketua Komunitas Mangrove atau KeMANGTEER Serang mengaku sudah memiliki kepedulian terhadap tanaman mangrove sejak 2015.
Android BantenNews.co.id
Download di Playstore. Baca berita tanpa iklan, lebih cepat dan nyaman lewat aplikasi Android.
”Saya memang sangat menyukai mangrove,” kata wanita yang akrab disapa Andin ini, Minggu (15/11/2020).
Dara manis kelahiran Serang 16 Mei 1996 ini mengaku sudah pernah memberikan pelatihan kepada warga pesisir yang ada di Serang. Pihaknya menggelar kegiatan di bidang mangrove sebelum pandemi ini, seperti penanaman mangrove, pembibitan mangrove, mengadakan kegiatan edukasi untuk anak pesisir dan warga pesisir.
“Kami juga telah meraih pencapaian pembuatan Perpustakaan Ekoliterasi Mangrove,“ ungkapnya.
Wanita yang juga aktif sebagai Bendahara Umum Kaukus Lingkungan Hidup Serang Raya ini berencana ingin membuat gerakan pemberdayaan perempuan di pesisir Banten berkaitan dengan mangrove.
“Semisalnya membuat produk mangrove yang bernilai ekonomu, semoga terwujud,” harapnya.
Sementara itu, Kaukus Lingkungan Hidup Serang Raya meninjau Pulo Kalih di Desa Puloampel, Kecamatan Puloampel. Pulau seluas 10 hektar ini dinilai berpotensi menjadi ekowisata mangrove.
Ketua Kaukus LH Serang Raya Anton Susilo mengatakan, pihaknya sudah melakukan wawancara kepada warga setempat terkait kondisi lingkungan dan perairan di Pulo Kalih. “Alamnya masih asri, ini berpotensi jadi ekowisata mangrove,” kata Anton.
Selain asri, akses dari Desa Puloampel menuju Pulo Kalih juga cukup dekat, hanya menggunakan perahu nelayan sekira 10 menit. Anton berencana bakal mengajak timnya untuk membina warga dalam hal penataan lingkungan. “Pulau ini harus tetap asri, jangan sampai ada sampah berserakan,” ujarnya.
Selain itu, ia bersama warga juga bakal membuat home stay di Pulo Kalih. Menurutnya, pulau ini memiliki kekayaan ekosistem laut yang bagus, kondisi karangnya masih alami dan indah untuk snorkeling. “Ekosistem lautnya harus dijaga,” katanya.
Anton mengaku tak ada target pasti terkait kapan rencana ini bisa selesai, lantaran program ini mengandalkan swadaya warga, namun ia memastikan jika warga mendukung rencana ini. “Soalnya kalau jadi ekowisata kan, nanti bisa meningkatkan ekonomi warga juga,” ujarnya.
Ketika disinggung soal penerapan protokol kesehatan, keduanya mengaku selalu menerapkan 3M dalam kegiatan sehari-hari, termasuk saat melaksanakan kegiatan penanaman mangrove di wilayah pesisir.
(AU/Red/SG)
