Beranda Sosial Tabuh Lisung, Kesenian Khas Pandeglang yang Mulai Jarang Dimainkan

Tabuh Lisung, Kesenian Khas Pandeglang yang Mulai Jarang Dimainkan

Ibu-ibu di Pandeglang bermain tabuh lisung. (Memed/bantennews.co.id)

 

PANDEGLANG – Tabuh Lisung,  kesenian khas masyarakat di perdesaan Pandeglang saat ini mulai jarang dijumpai. Saat ini, Tabuh Lisung baru bisa dijumpai pada acara tertentu seperti pernikahan, khitanan atau acara-acara tertentu.

Lisung sendiri adalah alat tradisional yang terbuat dari kayu umumnya memiliki panjang 2 meter, lebar 0,5 dan kedalaman 40 centimeter. Pada zaman dahulu lisung digunakan oleh masyarakat untuk menumbuk padi atau tepung karena pada saat itu belum ada mesin canggih seperti sekarang.

Kesenian ini umumnya dimainkan oleh 8 orang pemain yang terdiri dari Indungan (pemimpin) 1 orang yang bertugas mengarahkan nada dari penabuh lain, penabuh kiri sebanyak 3 orang, penabuh kanan sebanyak 3 orang dan penabuh belakang sebanyak 1 orang.

Sedangkan untuk ketukan atau nada yang dimainkan, pemimpin dan penabuh belakang akan menabuh/memukul sebanyak 1 kali, penabuh kiri memukul sebanyak 2 kali dan penabuh kanan memukul sebanyak 3 kali.

Salah satu kampung yang masih melestarikan kesenian ini yakni Kampung Babakan Nangka, Desa Kadudampit, Kecamatan Saketi, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten.

“Ini kebiasaan masyarakat di sini kalau mau hajatan (pernikahan) atau khitanan kami biasanya tabuh lisung. Kata orang dulu agar maksud atau tujuan kami dilancarkan dan dijauhkan dari hal-hal yang tidak diinginkan,” kata Ambu Jarsiti seorang pemain Indungan di Kampung Babakan Nangka, Sabtu (1/8/2020).

Kata dia, masyarakat di kampung tersebut sengaja melakukan tabuh lisung karena ada salah satu warganya yang akan melakukan pernikahan pada Minggu (2/8/2020) besok.

“Besok anaknya Pak Sapri mau dinikahkan jadi kami melakukan tabuh lisung hari ini,” ucapnya.

Pantauan di lokasi, Ati, seorang warga mengoleskan tumbukan beras dengan kencur pada semua pemain dan penonton di tengah-tengah acara. Saat ditanya maksud dari mengoleskan beras dan kencur, kata dia agar pemain tidak mengalami sakit setelah melakukan kegiatan itu.

“Biar nanti pas udah beres nabuh pemain tidak pegal badannya. Kan kalau tabuh lisung itu butuh tenaga, terus juga badannya gerak semua. Biar ga pada pegel aja gitu,” jelasnya. (Med/Red)

Temukan Berita BantenNews.co.id di Google News

Dukung BantenNews.co.id untuk terus menyajikan jurnalistik yang independen. Klik disini