Beranda Cinta Awas! Ternyata Jomblo Rawan Terkena Penyakit Mental

Awas! Ternyata Jomblo Rawan Terkena Penyakit Mental

Ilustrasi - foto istimewa tempo.co

Menurut studi yang dilakukan oleh dr Timothy Matthews dan rekan-rekannya, rasa kesepian kini diakui sebagai masalah kesehatan publik, khususnya di Inggris.

Alasannya terungkap dalam studi yang meninjau lebih dari 2.000 pemuda dan pemudi di Inggris berusia 16-24 tahun. Studi yang diterbitkan dalam Psychological Medicine ini memberikan gambaran terperinci dan menunjukkan bagaimana kesepian berjalan seiring dengan berbagai masalah kesehatan dan kesejahteraan.

“Sering diasumsikan bahwa kesepian hanya dialami di usia tua, namun juga cukup umum dialami anak muda. Tak seperti faktor-faktor risiko lainnya, kesepian tidak mendiskriminasi; ia dialami oleh berbagai macam orang, pria dan wanita, kaya dan miskin,” terang dr Matthews dari Institute of Psychiatry, Psychology & Neuroscience (IoPPN), dikutip dari detik.com.

Para peserta studi ini diberi pertanyaan seperti ‘seberapa sering kamu merasa tidak ditemani?’ dan ‘seberapa sering kamu merasa disisihkan?’ dan diwawancarai soal kesehatan mental dan fisik, gaya hidup, pendidikan dan pekerjaan.

Peneliti juga mengukur kualitas tidurmereka selama sebulan terakhir, termasuk seberapa lama untuk bisa tidur, durasi dan gangguannya, termasuk disfungsi di siang hari seperti ngantuk berlebihan.

Ditemukan secara keseluruhan 25-30 persen peserta melaporkan kadang merasa kesepian. Kaitan antara kesepian dan kualitas tidur diduga akibat masalah kesehatan mental seperti depresi dan kecemasan, yang secara umum terkait dengan masalah tidur dan merasa kesepian.

Anak muda berisiko dua kali mengalami masalah kesehatan mental seperti kecemasan dan depresi, serta menyakiti diri sendiri atau mencoba bunuh diri. Tambahan, mereka yang kesepian sering kali keluar dari sekolah dan pekerjaannya dan tidak terlalu percaya diri akan prospek karir mereka.

“Kualitas tidur yang berkurang adalah salah satu dari banyak cara di mana kesepian bisa ‘menyusup’, dan temuan kami menggarisbawahi pentingnya pendekatan terapi awal untuk menargetkan pikiran dan persepsi negatif yang dapat membuat kesepian menjadi lingkaran setan,” kata salah satu peneliti, Prof Louise Arseneault.

Dr Matthews menyebutkan bahwa sulit tidur dikaitkan dengan perasaan tidak aman dan terisolasi dari orang lain. Temuan kami juga menunjukkan bahwa jika seseorang mengatakan kepada dokter atau teman bahwa mereka merasa kesepian, bisa jadi hal tersebut jadi tanda bahaya bahwa mereka sedang berjuang di area lainnya dalam hidup.

“Ada banyak komunitas yang berinisiatif untuk mencoba dan mendorong orang-orang untuk berkumpul dan ikut dalam kegiatan bersama. Namun, penting untuk diingat bahwa beberapa orang dapat merasa kesepian di tengah kerumunan, dan intervensi paling efektif untuk mengurangi kesepian melibatkan konseling untuk membantu individu mengatasi pola berpikir negatif,” pungkas Dr Matthews. (Red)

Temukan Berita BantenNews.co.id di Google News

Dukung BantenNews.co.id untuk terus menyajikan jurnalistik yang independen. Klik disini