Beranda Artis Film Pelangi di Mars: Lompatan Besar Sci-Fi Indonesia yang Memukau

Film Pelangi di Mars: Lompatan Besar Sci-Fi Indonesia yang Memukau

Film Pelangi di Mars. (Ist)

PELANGI di Mars menjadi salah satu film paling dinantikan tahun ini. Trailer perdananya berhasil menarik perhatian publik karena menghadirkan kualitas visual dan teknologi yang jarang terlihat di industri film Indonesia. Bukan hanya sekadar sci-fi penuh efek futuristik, film ini juga membawa harapan baru bagi dunia perfilman Tanah Air.

Selama ini, film fiksi ilmiah bertaraf tinggi identik dengan Hollywood, Jepang, atau Eropa. Namun, Pelangi di Mars membuktikan bahwa sineas Indonesia mampu menciptakan dunia luar angkasa yang megah dan imersif.

Sutradara Upie Guava, yang sebelumnya lebih dikenal melalui video klip musik, mengambil langkah berani dengan menggabungkan teknologi Extended Reality, Unreal Engine, dan desain visual futuristik ke dalam film ini. Hasilnya, trailer menghadirkan atmosfer Mars yang menakjubkan—pencahayaan, warna, hingga komposisi visualnya terlihat rapi, bold, dan estetis tanpa terkesan murahan.

Setiap cuplikan seperti karya seni yang dikurasi dengan cermat, membuat penonton langsung merasakan skala besar produksi ini.

Cerita tentang Identitas dan Rasa Kehilangan

Meski mengusung genre sci-fi, Pelangi di Mars tampaknya tidak hanya bertumpu pada teknologi. Kisahnya berpusat pada seorang anak bernama Pelangi, yang lahir di Mars dan tumbuh tanpa pernah mencium aroma bumi, merasakan tanah, atau mengenal angin.

Pelangi dibesarkan bersama lima robot — Batik, Sulil, Kimchi, Yoman, dan Petya — yang menjadi teman sekaligus “pengasuh” di planet asing tersebut.

Konsep ini menghadirkan potensi emosional yang kuat: kisah pencarian identitas, kesepian, serta hubungan unik antara manusia dan mesin. Pertanyaannya, mampukah film ini menjaga kedalaman emosional itu tanpa terjebak melodrama?

Ekspektasi Besar untuk Kualitas Cerita

Dengan visual yang begitu memukau, tantangan terbesar film ini adalah menyeimbangkan cerita dan karakter. Penonton berharap hubungan Pelangi dan para robotnya terasa organik, bukan hanya gimmick visual.

Baca Juga :  Via Vallen Nonton Perjuangan Timnas Indonesia

Jika konflik dan dinamika emosionalnya berhasil dieksekusi dengan baik, Pelangi di Mars bukan sekadar tontonan sci-fi megah, tetapi juga film yang menyentuh dan berkesan.

Perjalanan Produksi: 5 Tahun Perjuangan

Film ini digarap sejak 2020 hingga 2025, waktu yang sangat panjang untuk ukuran produksi lokal. Upie Guava dan Mahakarya Pictures tampaknya tidak mengejar rilis cepat, melainkan fokus pada kualitas.

Proses yang memakan waktu lima tahun ini menunjukkan bahwa Pelangi di Mars merupakan proyek penuh cinta, dedikasi, dan pembuktian bahwa film Indonesia bisa bersaing di ranah genre berat seperti sci-fi.

Aktor Muda Berbakat dan Deretan Pemeran yang Solid

Messi Gusti, pemeran Pelangi, tampil menjanjikan melalui potongan adegan yang diperlihatkan. Akting naturalnya membuat karakter Pelangi terasa hidup dan mudah disukai.

Film ini juga diperkuat oleh Lutesha, Rio Dewanto, Livy Renata, dan Myesha Lin — kombinasi yang menghadirkan keseimbangan antara intensitas emosional, kedewasaan karakter, dan energi muda.

Trailer Pelangi di Mars menunjukkan bahwa film Indonesia mampu naik level dan keluar dari pola tontonan pasaran. Dengan visual spektakuler, premis menarik, dan proses produksi yang penuh keseriusan, film ini berpotensi menjadi tonggak sejarah baru dalam genre sci-fi lokal.

Tinggal menunggu tahun 2026, saat film ini resmi meluncur di bioskop. Jika semua elemen berhasil dirangkai dengan baik, Pelangi di Mars bisa menjadi salah satu film Indonesia paling berpengaruh dalam satu dekade terakhir.

Tim Redaksi