Beranda Advertorial Dinkes Kabupaten Serang Fokus Percepat Setop Buang Air Besar Sembarangan

Dinkes Kabupaten Serang Fokus Percepat Setop Buang Air Besar Sembarangan

Dinkes saat melakukan sosialisasi kepada warga. (IST)

SERANG– Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Serang menegaskan komitmennya untuk mempercepat upaya menghapus praktik buang air besar sembarangan (BABS) di wilayahnya. Dari total 326 desa, baru 216 desa atau 66,25 persen yang dinyatakan terbebas dari BABS.

Kondisi geografis yang luas, terbentang dari Kecamatan Cinangka hingga Kopo, serta keberadaan kebun, sawah, sungai, dan saluran irigasi masih dimanfaatkan sebagian warga untuk buang hajat.

“Kegiatan yang kami lakukan untuk mengurangi itu tetap sosialisasi kepada masyarakat dampaknya seperti apa itu, bahayanya seperti apa,” kata Kepala Seksi Kesehatan Lingkungan pada Dinkes Kabupaten Serang, Maman.

Sosialisasi yang diberikan kepada warga meliputi dampak langsung dari BABS bisa berupa sakit perut atau diare, sedangkan dalam jangka panjang dapat menimbulkan penyakit serius. Karena itu, Dinkes bersama instansi terkait terus melakukan pemicuan perilaku masyarakat, mulai dari sosialisasi hingga praktik lapangan.

Selain edukasi, Dinkes juga memberikan percontohan jamban sederhana. Bantuan ini diprioritaskan bagi keluarga tidak mampu yang benar-benar tidak memiliki jamban di rumahnya, terutama warga yang masuk lokus stunting. “Kalau toilet umum nanti malah jadi monumen (saja), kebanyakan tidak dipakai. Jadi bantuan diberikan langsung per rumah tangga,” ujarnya.

Data Dinkes menunjukkan akses sanitasi di Kabupaten Serang telah mencapai 89 persen. Namun, sejumlah kecamatan, seperti di Pontang dan Lebak Wangi yang masih memiliki aliran sungai di sepanjang jalan, warga di sana masih kerap memanfaatkannya untuk buang air besar sembarangan, mandi, serta mencuci pakaian, piring, dan lainnya

Pemerintah menargetkan pada 2025 minimal 80 persen desa sudah terbebas dari BABS, sejalan dengan program Kabupaten/Kota Sehat.

Dinkes mengakui, perubahan perilaku masyarakat bukan hal mudah. Faktor ekonomi hingga pandangan tradisional masih menjadi kendala. “Seharusnya udah berpikir kekinian, bikin rumah dan WC, tapi contohnya di beberapa warga juga tuh ada WC khusus tamu,mereka punya wc tapi mereka gak mau buang air di situ. Alasannya panas, enggak bisa ngobrol dengan temannya,” katanya.

Baca Juga :  Krakatau Posco Giatkan Program Pengembangan Masyarakat Holistik

(Advertorial)