Beranda Pendidikan Menanamkan Nilai Agama kepada Anak Melalui Dongeng

Menanamkan Nilai Agama kepada Anak Melalui Dongeng

Relawan Kampung Dongeng mendongeng, di TPA Miftahul Ulum, Kota Serang, Minggu, (17/4/2024). (Alif/bantennews/

SERANG-Pendidikan agama merupakan pondasi awal untuk anak sejak usia dini. Salah satunya dengan cara mendongeng. Anak-anak lekat akan dunia imajinasi dalam memproses sebuah pesan. Setidaknya itu yang menjadi jurus jitu relawan Kampung Dongeng untuk menanamkan nilai-nilai islami, khususnya di bulan Ramadan saat ini.

Bantennews mencoba mengikuti acara mendongeng itu di  Taman Pendidikan Al-Quran (TPA) Miftahul Ulum, Lopang, Kota Serang pada Minggu, (17/04/2024). Di sana hadir pula Ihan Imtihan, relawan Kampung Dongeng Cilegon yang memberikan hiburan sekaligus edukasi untuk para murid dan orang tua.

Mereka terlihat antusias menyimak. Materi yang dibawakannya kala itu tentang hal-hal positif yang dianjurkan dilakukan saat bulan puasa. Seperti bershalawat, mengaji, menyantuni anak yatim hingga tata cara shalat yang benar. Ihan membawakannya dengan bentuk yang gembira, dengan boneka monyet mikiknya yang ia kemas seolah-olah bisa berbicara.

Ihan mengatakan di bulan Ramadan ini para pendongeng seolah sedang kebanjiran panggilan untuk mengisi di sekolah maupun di tempat pembelajaran agama. Bahkan, dirinya sempat menolak beberapa panggilan karena memang kerap bertabrakan waktu. “Karena membuat materi itu enggak gampang,” kata Ihan sambil tertawa.

Sebenarnya, menurut Ihan, menyampaikan pesan yang paling mudah diterima anak-anak adalah dengan cara bercerita. Ketimbang memberi pesan dengan larangan atau perintah yang justru tidak membuat anak untuk berpikir. Ia juga menganalogikan, mendongeng itu layaknya menanam benih yang nantinya jika berhasil akan mudah dipetik.

“Pernah ada orangtua yang minta disinggung soal anak-anak jangan bercanda atau ribut ketika di masjid. Seharusnya yang harus didewasakan itu adalah orangtuanya, Bagaimana ia memperlakukan anak-anak di masjid. Kadang malah digalakin, ya itu ga bisa. Anak-anak itu kan belum baligh,” ujar mantan guru SD ini.

Menurutnya, mendongeng adalah ibarat memberikan ceramah namun dengan gaya yang dikemas gembira. Sehingga lebih efektif diterima pendengarnya. Menurut pengalamannya, mendongeng juga masih relevan untuk seusia anak SMA.

Meski begitu, pria yang telah lebih dari 10 tahun berkecimpung di dunia mendongeng ini mengatakan dirinya masih kerap mengalami kesulitan ketika menulis materi. Bahkan ia permah menulis untuk satu materi hingga memakan empat bulan pengerjaan.

“Buat para orangtua, ayo mulailah bercerita untuk anak. Enggak perlu yang rumit-rumit, cukup berlandaskan pengalaman pribadi dan ada bahan pembelajarannya, insyaallah itu akan bermanfaat buat anak. Pondasi (pendidikan) awal itu dari rumah bukan dari sekolah,” tutup Ihan.

(Mg-Alf/Red)

Temukan Berita BantenNews.co.id di Google News

Dukung BantenNews.co.id untuk terus menyajikan jurnalistik yang independen. Klik disini