KAB. TANGERANG – Sebanyak 15.318 balita di wilayah Kabupaten Tangerang, Banten terindentifikasi mengalami gangguan pertumbuhan atau stunting.
Demikian hal itu dikatakan oleh Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tangerang, Taufik Emil.
Android BantenNews.co.id
Download di Playstore. Baca berita tanpa iklan, lebih cepat dan nyaman lewat aplikasi Android.
Dia menyampaikan, data stunting dari tahun 2018-2021 total 15.318 balita. Namun, dia menyebut, selama itu anak stunting mengalami penurunan.
“Total keseluruhan dari 2018 sampai 2021 jumlahnya 15.318 stunting. Tapi setiap tahunnya jumlahnya mengalami penurunan,” tutur Taufik melalui keterangan tertulis, Jumat (23/4/2021).
Menurut Taufik, kasus stunting di wilayah Kabupaten Tangerang tersebar di beberapa desa. Namun, terdapat 10 desa fokus yang diprioritaskan dalam aksi penekanan angka stunting ini.
Kesepuluh desa lokus tersebut, dia merinci, yaitu Desa Tegal Angus, Desa Muara, Desa Rajeg Mulya, Desa Pondok Jaya, Desa Tanjung Pasir, Desa Sukasari.
“Kemudian adapun Desa Sasak, Desa Banyuasih, Desa Tanjakan dan Desa Rancailat. 10 Desa itu yang kita fokuskan penurunan stunting agar target 2024 angka menurun 14 persen,” ungkapnya.
Taufik menyebut, masalah kurangnya asupan gizi yang berdampak pada kasus stunting terjadi beberapa faktor. Diantaranya, pola pengasuhan, kesehatan dan lingkungan.
“Untuk itu upaya yang dilakukan seperti kegiatan sosialisasi dan kegiatan-kegiatan lain diharapkan tetap konsisten dan masyarakat pun harus aktif,” jelasnya.
Maka dari itu, Pemerintah Kabupaten Tangerang menyiapkan anggaran sebesar Rp 45 miliar yang disebar ke beberapa OPD.
Tujuannya, berkomitmen untuk mencegah, menanggulangi dan menurunkan kasus stunting.
“Biaya sebesar Rp 45 miliar yang tersebar di beberapa OPD itu termasuk dari alokasi dana desa,” tandasnya.
(Ren/Red)