Beranda Peristiwa ISIS Tidak Cocok dengan Kebhinekaan dan NKRI

ISIS Tidak Cocok dengan Kebhinekaan dan NKRI

Dialog Kebangsaan dengan Thema Analisis Pasca Penolakan Pemulangan WNI Eks ISIS, Tegas Menjaga Keindonesiaan dan Keislaman, Sabtu (29/2/2020) - Foto istimewa

SERANG – Keberadaan kelompok radikal yang berafiliasi ke Islamic State in Iraq and Syria (ISIS) atau Negara Islam di Irak dan Suriah membahayakan keutuhan bangsa. Oleh sebab itu, kelompok tersebut dengan sendirinya tertolak dan bertentangan dengan falsafah Bhineka Tunggal Ika.

Hal itu mencuat dalam Dialog Kebangsaan dengan Thema Analisis Pasca Penolakan Pemulangan WNI Eks ISIS, Tegas Menjaga Keindonesiaan dan Keislaman, Sabtu (29/2/2020) di Gedung KNPI Provinsi Banten.

Acara yang diselenggarakan oleh Pengurus Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Kota Serang menghadirkan narasumber Ketua FKPT Provinsi Banten Amas Tajudin, Kapolres Serang, Kota AKBP Edhi Cahyono dan Akademisi/Dosen UIN SMH Banten, Maskur Wahid.

Kapolres Serang Kota, AKBP Edhi Cahyono menyatakan bahwa kondisi bangsa Indonesia tidak bisa dipecah dan dipolarisasi oleh gerakan politik manapun.

“Bangsa yang sedang terpolarisasi dan pola sentralisasi kelompok tersebut supaya bisa disatukan kembali yaitu dengan cara memberikan pemandangan-pemandangan yang baik dalam hal apapun,” kata Edhi.

Dikatakan Kapolres, bahwa di Banten banyak atau terdapat beberapa penangkapan teroris.

“Banyak juga narapidana- narapidana yang sudah ke luar dari lembaga pemasyarakatan dan itu merupakan pengawasan bagi kita semua termasuk para napi teroris yang sudah bergabung dengan masyarakat,” ujarnya.

Akademisi/Dosen UIN SMH Banten, Maskur Wahid menyebutkan ISIS merupakan fenomena pergerakan kelompok ekstrimis yang didominasi oleh negara-negara Timur Tengah seperti Irak dan Suriah. Pada tanggal 29 Juni 2014 kelompok ini menyatakan dirinya sebagai negara Islam yang berbaiat kepada Abu Bakar Al-Baghdadi.

“Terorisme adalah perbuatan yang menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan yang menimbulkan suasana teror atau rasa takut secara meluas yang dapat menimbulkan korban yang bersifat massa atau menimbulkan kerusakan atau penghancuran terhadap objek vital yang strategis lingkungan hidup fasilitas publik atau fasilitas internasional dengan motif ideologi politik atau gangguan keamanan,” katanya.

Islam sendiri, menurutnya memiliki cara hidupnya sendiri yang tidak perlu dipertahankan dengan kekerasan.

“Karena cukup dikembangkan dalam bentuk budaya. Oleh sebab itu dalam kebhinekaan masyarakat Indonesia umat Islam bertoleransi dengan berpedoman pada surat al-hujarat ayat 13 “dan Kujadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku untuk dapat saling mengenal,” katanya.

Ketua FKPT Provinsi Banten, Amas Tajudin menegaskan sering kali orang melihat ISIS dan para pendukungnya dianggap bukan sebagai ancaman bahaya dan nyata, melainkan dilihat dari labelisasi Islam bahkan seolah mewakili Islam. “Inilah cara pandang yang salah dan harus diluruskan,” tegasnya.

Ia sendiri menambahkan tidak sedikit program telah dirancang untuk mencegah agar faham teroris tidak meluas, walaupun belum dapat dilakukan secara maksimal.

“Semoga kedepan ada suatu keyakinan (baru dan tanggungjawab) untuk cegah bersama bahwa ISIS membahayakan negara manipulasi ajaran agama,” tandasnya.

(You/Red)

Temukan Berita BantenNews.co.id di Google News

Dukung BantenNews.co.id untuk terus menyajikan jurnalistik yang independen. Klik disini